Kecintaan dan getar hati
Abu Bakar. Ketika Nabi Muhammad SAW harus hijrah ke Madinah. Beliau mengajak
Sayidina Abu Bakar, orang yang sangat dekat dengan Beliau untuk menjadi pendamping
dalam perjalanan menuju ke Madinah. Sayidinia Abu Bakar dengan penuh adab yang
bersungguh, kata kuncinya dengan “Penuh Adab yang Bersungguh”, di ajak ke
Madinah. Harusnya dari kediaman Beliau berjalannya adalah ke Utara, karena
Madinah secara geografis terletak di Utara dari Mekah, tetapi Rasulullah
berjalan menuju ke Tenggara.
Sayyidina Abu Bakar tidak
bertanya, Beliau ikut saja apa yang dibuat oleh Rasulullah, karena di hati
Beliau ada “cinta” dan “percaya” dan sesuatu yang tidak lagi perlu tawar-menawar.
Rasulullah Al Amin, tidak pernah keluar dari lidah Beliau sesuatu yang tidak
patut tidak dipercaya. Pribadinya penuh pancaran kecintaan. Mencintai dan
sangat pantas dicintai. Pribadinya begitu rupa menimbulkan kerinduan dan cinta.
Nabi Muhammad SAW berjalan.
Sayidina Abu Bakar mengikuti. Ketika akan sampai, 8 km dari arah Masjidil
Haram, baru Sayidina Abu Bakar sadar. Mau istirahat ke Gua Tsur, karena sudah
mendekati Gunung Tsur. Sebelum Rasulullah SAW memasuki gua, Abu Bakar dengan
sigapnya mengecek dan menutup lubang-lubang yang ada di gua guna terhindar dari
binatang buas.
Di dalam gua, mereka
sepakat untuk bergantian berjaga. Dalam tidurnya, Nabi Muhammad SAW melabuhkan
kepalanya di pangkuan sang sahabat. Di dalam gua yang dingin dan remang-remang,tiba-tiba
seekor ular mendesis keluar dari salah satu lubang yang belum ditutup oleh Abu
Bakar.Abu Bakar r.a menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya
untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari
benak, tak ingin ia mengganggu tidur Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin, ia tega
membangunkan kekasih Allah SWT itu.
Abu Bakar r.a menutup
lubang itu dengan salah satu kakinya.lalu ular itu menggigit pergelangan
kakinya, tapi kakinya tetap saja tak berg-erak sedikitpun Dalam hening, sekujur
tubuh Abu Bakar r.a terasa panas, ketika bisa ular menjalar cepat di dalam
darahnya. Abu Bakar r.a tak kuasa menahan isak tangis ketika rasa sakit itu tak
tertahankan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah
saw yang tengah berbaring.
Rasulullah SAW terbangun
dan berkata, “Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal
mengikuti perjalanan ini?” “Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu
kemana pun,” jawab Abu Bakar r.a. “Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air
mata?” bertanya Rasulullah SAW dengan bersahaja. “Seekor ular, baru saja
menggigit saya, wahai Rasulullah SAW, dan bisanya menjalar begitu cepat ke
dalam tubuhku.
Lalu Nabi Muhammad SAW berbicara
kepada sang ular itu ”Wahai ular Tahu
nggak Kamu? Jangankan daging, atau kulit Abu Bakar, rambut Abu Bakar pun haram
Kamu makan?” Dialog Rasulullah dengan sang Ular itu didengar pula oleh Abu
Bakar As-Shidiq, berkat mukjizat Beliau.
“Ya hamba mengerti Ya
Rasulullah, bahkan sejak ribuan tahun yang lalu ketika Allah SWT mengatakan
‘Barang siapa memandang kekasih- Ku, Muhammad, fi ainil mahabbah atau dengan
mata kecintaan. Aku anggap cukup untuk menggelar dia ke surga firdaus,” kata
sang ular.
“Ya Rabb, beri aku
kesempatan yang begitu cemerlang dan indah. “Aku (ular) ingin memandang wajah
kekasih-Mu fi ainal mahabbah,” lanjut sang ular.
Apa kata Allah SWT Tuhan
Semesta Alam?
“Silakan pergi ke gua
Tsur, tunggu disana, kekasihKu akan datang pada waktunya,’ jawab Allah SWT
“Ribuan tahun aku menunggu disini. Aku digodok oleh kerinduan untuk jumpa
Engkau, Muhammad. Tapi sekarang ditutup oleh kaki Abu Bakar, maka kugigitlah
dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin ketemu Engkau, Wahai Nabi
Muhammad SAW. “Jawab sang Ular dari gua Tsur.
“Lihatlah ini. Lihatlah
wajahku,” kata Rasulullah SAW. Dan sang ular dari gua Tsurpun memandang wajah
Nabi Muhammad SAW penuh dengan rasa cinta dan rindu yang mendalam.
Selanjutnya tanpa
menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Rasulullah meraih pergelangan kaki
Abu Bakar r.a. Dengan mengagungkan nama Allah SWT Sang pencipta alam semesta,
Nabi Muhammad SAW mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah
SWT, seketika rasa sakit itu hilang tak berbekas.
Gua Tsur kembali ditelan
senyap. Kini giliran Abu Bakar r.a yang beristirahat dan Rasulullah SAW
berjaga. Dan, Abu Bakar r.a menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah SAW
menawarkan pangkuannya untuk beristirahat. Tak akan rela, dirinya membebani
pangkuan penuh berkah itu.